Posts

Showing posts from February, 2021
Image
  KATA PENGANTAR   Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada para guru yang telah mencoba menulis buku hingga bisa diterbitkan. Buku Kumpulan Cerpen ini merupakan buku ke-tiga dari penulis dalam upaya menggiatkan program literasi di sekolah sekaligus diharapkan hadirnya buku ini dapat memotivasi untuk melahirkan buku selanjutnya. Kami memberikan apresiasi kepada para guru yang telah ‘berani’ menulis buku, guna menambah referensi bacaan di perpustakaan sekolah, sekaligus diharapkan dapat memacu semangat para guru lain dan siswa untuk lebih giat membaca, hingga pada akhirnya dapat melahirkan penulis-penulis baru. Selain itu, terbitnya buku ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan literasi di sekolah. Kami juga berterima kasih kepada PGRI dan PGTIK Sumbar yang telah menyelenggarakan program Penerbitan Buku Gratis bagi seluruh guru yang berbakat untuk menulis, mudah-mudahan kegiatan positif ini berlanjut ke depannya. Harapan kami,
Image
HALAMAN PERSEMBAHAN   Alhamdulillahirobbil A’lamiin…! Bersyukur kepadaNYA atas segala rahmat dan nikmat yang masih selalu tercurah sehingga aku kembali bisa merampungkan penulisan naskah buku solo yang ke tiga ini. Walau sedikit terseok-seok menyelesaikannya, namun berkat kegigihan dan ketekunan yang penuh kesabaran, akhirnya buku ini bisa finish. Terima kasih kepada semua   semua pihak yang telah peduli dan selalu mendorong untuk memulai menulis. Karya ini masih untuk keluargaku tersayang. Amak   dan Apak yang sudah semakin tua dan lelah, namun tiada henti mendoakan langkah kami. Suami yang selalu memberikan dukungan dan penguatan ketika semangatku mulai lemah dalam berkarya.   Ke empat putriku Riyang Berkah Sahaja dan Pesona, harapanku yang sering kali terabaikan ketika tuntutan menulis menghampiriku.   Maafkanlah Bunda nak, ini semua bunda lakukan karena bunda sayang sama kalian. Saudaraku sekandung, yang selalu menguatkan dan memotivasi walau dari kejauhan. Sisw
Image
  BUNGA TERAKHIR (Selesai) Oleh: Lili Suriade, S.Pd Tiga hari kemudian, sebuah mobil mewah berhenti di depan taman bunga milik buk Suta. Revani menghentikan pekerjaannya sesaat, lalu bersiap-siap hendak melayani pengunjung tersebut. “Siapa yang datang?” Tanya bu Suta. “Gak tahu bu. Sepertinya pelanggan baru.” Jawab Revani setengah berbisik. Tak lama kemudian, terlihat seorang lelaki yang sangat ganteng berpakaian serba necis keluar dari mobil yang diikuti oleh sepasang suami istri di belakangnya. Mereka menuju ke pintu masuk. “Permisi dik…” ucap lelaki itu sambil berjalan mendekati Revani “Iya mas.. eh pak Rendy, mau mencari bunga lagi?” Tanya Revani sambil tersenyum setelah mengamati siapa yang datang. Bu Suta juga terus mengamati dari dalam rumahnya. “Iya, saya mau mencari bunga terakhir untuk hidup saya.” Ucap Rendy mantap sambil membuka kacamata hitamnya. Revani sangat terpana dengan kegantengan dan wibawa Rendy hari ini. Kemarin Rendy masih kumal dan jelek, sekarang ti
Image
  BUNGA TERAKHIR (Bagian 3) Oleh: Lili Suriade, S.Pd Setelah selesai mendengarkan cerita pak Rendy, Revani langsung menyerahkan setangkai bunga melati kepada pak Rendy. “Ini bunga nya pak. Semoga kekasih bapak senang menerimanya.” “Terima kasih.” Ucap pak Rendy dengan tatapan yang hampa. Setelah menyerahkan bunga,  Revani langsung masuk ke kamarnya. Cepat-cepat ia mengambil ransel hitam yang tergantung di dalam lemari bajunya. Seperti orang yang baru saja habis berlari mengelilingi sebuah stadion, nafas Revani terburu-buru melakukannya.Alhamdulillah..dompetnya masih ada. Revani langsung memeriksa isi dompet itu. Ternyata masih utuh. Ia kembali berlari ke luar. Tetapi pak Rendy ternyata sudah pergi. Revani pun terus berlari mencari pak Rendy sampai ke jalan raya. Dari kejauhan ia melihat pak Rendy sedang berjalan tergesa-gesa. Semakin dipanggil justru dia semakin mempercepat langkahnya. “Pak Rendy, kenapa bapak pergi?” Lelaki itu terkejut ketika tangan Revani berhasil menggapai bajunya.
Image
  BUNGA TERAKHIR (Bagian 2) Oleh: Lili Suriade, S.Pd Tiba-tiba bu Suta memanggil namanya. “Reva..ayo kesini.” “Baik Bu.” Revani berlari ke arah bu Seta. “Ini dompet siapa?” Tanya bu Seta sambil memperlihatkan sebuah dompet kulit berwarna hitam pada Revani. “Sepertinya ini dompet mas pembeli bunga tadi bu. Ibu ketemu dimana?” “ di sini, di bawah bunga mawar ini.” Jawab bu Seta sambil menunjuk kea rah serumpun bunga mawar. Revani mengamati dompet tersebut dengan seksama. Ia kemudian teringat pada pesan si pemilik dompet. Ia pun cepat-cepat menghubungi nomor HP yang tertera di kartu nama itu. Namun, beberapa kali di telpon, nomor   tersebut tidak aktif. Beberapa hari Revani bingung, tak tahu kemana akan mengembalikan dompet tersebut. Ia sudah mencoba bertanya kepada beberapa orang yang datang ke taman bunganya namun tak ada yang kenal dengan nama yang tertera di dalam beberapa kartu yang ada di dalam dompet tersebut. Revani makin bingung, apalagi saat ia memeriksa isi dompet
Image
  Bunga Terakhir (Bagian 1) Oleh: Lili suriade, S.Pd   Di taman bunga yang penuh warna, seorang laki-laki sedang sibuk berkeliling mencari bunga kesukaan pacarnya. “Ada yang bisa saya bantu mas?” Tanya salah seorang penjual bunga di taman itu. “Iya..saya mau mencari setangkai bunga yang harum, tidak berduri dan cantik warnanya.” Jawab lelaki itu. Sejenak si gadis penjual bunga terdiam, ia seperti tengah memikirkan bunga yang cocok dengan criteria yang dicari oleh cowok pecinta bunga itu. Beberapa saat kemudian ia muncul membawa sebuah bunga berwarna putih yang tidak berduri, serta harum mewangi. “Kalau melati ini bagaimana mas?” Ucapnya kemudian. “Wangi gak?” Tanya cowok. “Pasti mas, wangi sekali.” Jawab gadis penjual bunga dengan penuh semangat. “Baiklah, saya ambil yang ini saja. Berapa?” Tanya cowok atletis yang hitam manis tersebut. “Lima puluh ribu saja mas.” “Baiklah, terima kasih ya.” Setelah menyerahkan uangnya, cowok itu pun berlalu meninggalkan gadis p
Image
  KESETIAAN SEORANG WANITA (SELESAI) Oleh: Lili Suriade, S.Pd Sementara itu, Licha berusaha dengan bijak menyikapi keadaan. Dia memberikan pengertian kepada Mulyan. Licha memohon supaya Mulyan tidak menemuinya selama 3 hari ini. “Tolong kak..pahami posisi aku.” Ucap Licha. Mulyan dengan sabar menghadapi Licha. “Baiklah dik..kakak percaya sama Licha.” Ucap Mulyan mencoba memahami Licha. Malam itu di sebuah cafĂ© di pantai purus Licha memandang lautan yang tampak gelap. Ia makin menyadari bahwa hatinya sudah   mulai menggeser posisi Marlon. “Dek.. tolong jawab jujur. Sebenarnya ada hubungan apa adek dengan Mulyan?” Tanya Marlon yang membuat Licha kaget. “Cuma teman bang. Kami baru kenal sebulan yang lalu. Dia seorang dosen, dia beberapa kali membantuku menyelesaikan tugas akhir.” Jawab Licha jujur. “Maaf dek. apa adek mencintainya?” “Kenapa sih abang berpikiran sejauh itu?” Licha malah balik bertanya. “Abang memang tidak tahu seperti apa kedekatan kalian. Tapi abang meras
Image
  KESETIAAN SEORANG WANITA (Bagian 3) Oleh: Lili Suriade, S.Pd “Oya kak..kenalkan, ini teman aku, Dessi dan Indah.” Ucap Licha lagi. Mulyan pun mengulurkan tangannya yang disambut antusias oleh Indah dan Dessi disertai dengan senyuman. Licha ikut tersenyum melihat ulah kedua sohib nya itu. Sore itu pertemuan dengan Mulyan berakhir dengan saling tukar nomor Whatsap.   Seperti biasa, Licha sholat magrib di mesjid depan kosan nya. Selesai sholat, Licha akan mengikuti tadarus atau terkadang mendengarkan pengajian. Licha akan pulang setelah selesai menunaikan sholat Isya. Kebiasaan itu sudah tertanam dalam dirinya sejak masih SD. Ayahnya selalu mendidik dengan disiplin anak-anaknya terutama urusan agama. Dari tempat kosnya hanya dia dan Murni yang rutin ke mesjid tiap magrib. Handphone Selalu ditinggalkan di kosan. Begitu masuk kamar, Licha mendengar Handphone nya berdering. “Hallo Cha, ini kak Mulyan. Apa Licha lagi sibuk..?” “gak kok, ini aku juga baru pulang dari mesjid.” “Pa
Image
  KESETIAAN SEORANG WANITA (Bagian 2) Oleh: Lili Suriade, S.Pd Sore hari, kembali dia dibangunkan oleh nada dering HP nya. Dengan mata yang masih mengantuk, tangannya menggapai-gapai HP nya. “ Hallo bang..?” Licha memulai pembicaraan. “Hello..Licha, abang gimana sih, ini gw lho Indah.” “Ups..sorry, gw masih mengantuk nih.” “Kamu gak masuk?..kita lagi diskusi nih dengan pak Rolindo.” “Apa?   Kita ada kelas ya sekarang?” Tanya Licha kaget sambil bangkit dari tempat tidurnya.” “Iya..cepatlah, mumpung pak Rolin belum ngambil Absen, sebentar lagi kelompok kita tampil! Jangan lupa lu bawa makalah kelompok ya.” “Ya udah,gw siap-siap dulu deh. Nanti sampai di depan lokal gw telphon lu ya.” “Siip.” Licha langsung mematikan Hp. Setelah itu, dia bergegas ke kamar mandi. Dalam hitungan menit, dia sudah selesai berdandan. Licha cepat-cepat memanggil gojek melalui aplikasinya. Sebenarnya, ia merasa gamang selama ini kemana pun pergi Licha selalu di antar jemput Marlon. Setengah ber
Image
  KESETIAAN SEORANG WANITA (Bagian1) Oleh: Lili Suriade, S.Pd Marlon   menatap hampa ke tengah lautan. Ia begitu bingung dengan keputusan yang baru saja dilontarkannya kepada kekasihnya. “Maafkan aku, hari ini kita harus berpisah, Aku harus pulang kampung..” Ucap Marlon dengan suara yang ditekannya. Mendengar hal itu, mata Licha berkaca-kaca. Ia begitu sedih mengingat semuanya. Tak terbayangkan bagaimana dia berjauhan dari Marlon, kekasihnya nanti. “Bagaimana nanti hubungan kita?” Tanya Licha dengan suara yang mulai serak. “kamu tenang saja, yang penting komunikasi kita lancar. Aku janji bakal selalu setia padamu.” Jawab Marlon sambil memegang tangan Licha. Licha hanya diam sambil memandang ombak yang menari-nari dihadapan nya. Rasanya begitu berat merelakan kepergian Marlon. Licha masih berharap Marlon tetap berada di kota Padang sampai dia benar-benar wisuda sebulan lagi. Namun, ia tak berhak menahan kekasihnya itu, ia juga sadar bahwa keluarga Marlon tentu lebih menaruh
Image
  PUTRI TANGGUH (Bagian 3) Oleh: Lili Suriade, S.Pd Perasaan Juwita tak menentu. Ia sebenarnya sangat bahagia, telah terpilih ikut lomba. Namun di lain sisi, ia tidak punya uang. Jarak sekolah dengan pusat Kabupaten yang sangat jauh, tentu memerlukan ongkos dan uang saku. Sementara untuk ke sekolah saja, Juwita jarang dapat uang saku. Tiba-tiba ia teringat pada buah pinangnya. Juwita pun tersenyum, mudah-mudahan seminggu lagi uangnya cukup. Ia bertekad setiap hari akan lebih giat bekerja, mengumpulkan buah pinang yang sudah jatuh dari pohonya. Sepulang sekolah, Juwita langsung menuju kamar gudang. Ia hendak menjemur pinang-pinang yang kemarin belum begitu kering. Namun setelah mencari ke segala sudut, ia tak menemukan buah pinangnya. “Bu..lihat buah pinang aku 'gak?” “Tidak. Ibu dari tadi belum masuk ke gudang.Coba Tanya ayah, Ibu lihat dia tadi sudah merokok, jangan-jangan uangnya dari pinangmu.” Jawab ibu. Tiba-tiba ayah datang dari kamar.  “Yah..apa ayah melihat pinang