KESETIAAN SEORANG WANITA (SELESAI)
Oleh: Lili Suriade, S.Pd
Sementara
itu, Licha berusaha dengan bijak menyikapi keadaan. Dia memberikan pengertian
kepada Mulyan. Licha memohon supaya Mulyan tidak menemuinya selama 3 hari ini.
“Tolong
kak..pahami posisi aku.” Ucap Licha.
Mulyan
dengan sabar menghadapi Licha.
“Baiklah
dik..kakak percaya sama Licha.” Ucap Mulyan mencoba memahami Licha.
Malam
itu di sebuah café di pantai purus Licha memandang lautan yang tampak gelap. Ia
makin menyadari bahwa hatinya sudah
mulai menggeser posisi Marlon.
“Dek.. tolong jawab jujur.
Sebenarnya ada hubungan apa adek dengan Mulyan?” Tanya Marlon yang membuat Licha
kaget.
“Cuma teman bang. Kami baru kenal sebulan yang lalu. Dia seorang dosen, dia
beberapa kali membantuku menyelesaikan tugas akhir.” Jawab Licha jujur.
“Maaf dek. apa adek mencintainya?”
“Kenapa sih abang berpikiran
sejauh itu?” Licha malah balik bertanya.
“Abang memang tidak tahu
seperti apa kedekatan kalian. Tapi abang merasakan adek sudah sangat berubah.”
“Maafkan adek bang..beberapa
kali adek menghubungi abang, abang selalu sibuk. Adek jadi cemburu dan curiga.
Adek yakin di sana banyak sekali gadis-gadis cantik yang akan mengalihkan hati
abang.”
“Cha..dengar baik-baik ya.
Abang adalah seorang lelaki. Abang selalu komit dengan janji abang. Profesi
abang adalah seorang dokter, dan abang baru dapat pekerjaan tetap. Jadi abang
memang sangat sibuk. Tapi di hati abang tak pernah berpikir untuk mengkhianati
adek.” Ucap Marlon dengan suara yang ditekan.
Licha hanya diam membisu.
“Sudah satu bulan abang
mengumpulkan uang. Abang buka prektek kecil-kecilan juga dirumah, Alhamdulillah
hasilnya lumayan.” Marlon mengeluarkan dompetnya. Bahkan ia pun mengeluarkan
sejumlah uang dari dompetnya.
“Ini adalah hasil jerih
payah abang selama ini. Uang ini sengaja abang kumpulkan untuk merayakan hari wisuda adek. Tapi apa? Adek ternyata sudah tak membutuhkannya.” Suara Marlon mulai
serak.
“Terima kasih bang..abang
jangan bicara seperti itu. Adek minta maaf ya. Bukan adek tak butuh, tapi
sebaiknya uang itu abang berikan sama orang tua abang. Dia lebih berhak dari
adek.” Jawab Licha.
Mendengar semua itu, Marlon
malah makin terluka. Ia mengambil semua uang itu dan melemparnya ke dalam
lautan.
“Kalau
memang adek tidak butuh, sebaiknya uang ini abang buang saja. Semoga ada orang yang
membutuhkannya. Besok pagi abang akan langsung pulang saja. Abang benar-benar
kecewa. Ternyata kesetiaan adek begitu rapuh.” Ucap Marlon sambil mengepal
tinjunya. Ia terlihat sangat kecewa malam itu.
Licha
hanya bisa menangis. Dia tak tahu harus berkata apa. Sementara dia merasakan
hubungannya dengan Marlon tak mungkin bisa diteruskan lagi. Begitu jauh jarak
kampung Licha dengan Marlon. Sementara dengan Mulyan, ia masih satu kabupaten.
Licha
melepas kepergian Marlon pagi itu dengan perasaan penuh sesal. Ia harus
memilih. Meski tidak adil bagi Marlon, tetapi Licha yakin keputusannya adalah
keputusan yang tepat. Ia berharap Marlon bisa memaafkannya dan suatu saat semoga Marlon mendapatkan pengganti yang jauh
lebih baik dari dirinya.
SELESAI
Comments
Post a Comment