Bunga Terakhir (Bagian 1)

Oleh: Lili suriade, S.Pd

 

Di taman bunga yang penuh warna, seorang laki-laki sedang sibuk berkeliling mencari bunga kesukaan pacarnya.

“Ada yang bisa saya bantu mas?” Tanya salah seorang penjual bunga di taman itu.

“Iya..saya mau mencari setangkai bunga yang harum, tidak berduri dan cantik warnanya.” Jawab lelaki itu.

Sejenak si gadis penjual bunga terdiam, ia seperti tengah memikirkan bunga yang cocok dengan criteria yang dicari oleh cowok pecinta bunga itu. Beberapa saat kemudian ia muncul membawa sebuah bunga berwarna putih yang tidak berduri, serta harum mewangi.

“Kalau melati ini bagaimana mas?” Ucapnya kemudian.

“Wangi gak?” Tanya cowok.

“Pasti mas, wangi sekali.” Jawab gadis penjual bunga dengan penuh semangat.

“Baiklah, saya ambil yang ini saja. Berapa?” Tanya cowok atletis yang hitam manis tersebut.

“Lima puluh ribu saja mas.”

“Baiklah, terima kasih ya.” Setelah menyerahkan uangnya, cowok itu pun berlalu meninggalkan gadis penjual bunga tersebut.

Gadis itu kembali membereskan bunga-bunganya. Ia terlihat sangat tekun dan semangat mengerjakan pekerjaan rutinnya itu.

“Kamu sudah makan Reva?” Tanya ibu pemilik taman bunga tersebut.

“Belum bu. Sebantar lagi.aku makan kok.” Jawab Revani

“Reva..Reva, sudah hampir sore lho. Nanti kamu bisa sakit.”

“Iya bu..” Revani bergegas mencuci tangannya di kran air yang ada di taman itu.

Ketika Revani baru saja mulai makan, tiba-tiba cowok yang tadi membeli bunga datang lagi.

“Dik..apa adik melihat dompet saya?” Tanya nya dengan wajah panic.

Revani cepat-cepat menaruh piring makanannya, kemudian ia minum, lalu mencuci tangan.

“Dompet?” Revani berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya.

“Saya gak lihat mas. Tapi coba deh saya cari lagi.” Ucapnya sambil berjalan ke dalam taman bunganya.

Revani mengamati setiap sudut di taman itu dengan penuh hati-hati, namun ia tetap tidak menemukan dompet tersebut.

“Maaf mas, saya gak menemukannya.”

“Baiklah dik, nanti kalau misalnya ketemu tolong adik kabari saya ya. Ini nomor Hp saya.” Ucap cowok itu sambil menyerahkan sebuah kartu nama pada Revani.

“Baik mas, Insya Allah.” Jawab Revani.

Ketika sore hampir berlalu, Revani kembali menyirami taman bunganya dengan penuh hati-hati. Ia tampak tekun dan bahagia menjalani aktifitas rutinnya ini. Revani selalu tersenyum ketika melihat bunga-bunganya tumbuh dengan mekar dan subur. Ia merasa sangat bersyukur bisa merawat tanaman penghias ini dengan baik.

“Alhamdulillah..” Revani tersnyum begitu selesai menyirami seluruh tanamannya. (Bersambung)

 


Comments

Popular posts from this blog